Thrifting, atau membeli barang bekas, telah menjadi salah satu tren fashion yang paling berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Fenomena ini tidak hanya menawarkan alternatif berbelanja yang lebih ekonomis tetapi juga mencerminkan kesadaran lingkungan yang semakin meningkat di kalangan konsumen, terutama generasi muda. Artikel ini akan membahas tren fashion thrifting saat ini, faktor pendorongnya, serta dampaknya terhadap industri fashion.
1. Popularitas di Kalangan Generasi Z
Generasi Z adalah pendorong utama di balik tren thrifting saat ini. Mereka cenderung lebih sensitif terhadap isu lingkungan dan sosial dibandingkan generasi sebelumnya. Menurut survei, banyak dari mereka memilih untuk membeli pakaian bekas bukan hanya karena harga yang lebih terjangkau, tetapi juga untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri fashion cepat (fast fashion) yang dikenal menghasilkan limbah besar1
3
.Zara dan H&M, dua raksasa fashion global, bahkan mulai menjual pakaian bekas sebagai respons terhadap permintaan ini. Zara mengumumkan rencana untuk meluncurkan platform penjualan barang bekas di Amerika Serikat pada akhir 2024, menandakan bahwa pasar baju bekas semakin diperhatikan oleh merek-merek besar1
.2. Daya Tarik Ekonomi dan Kualitas
Salah satu alasan utama mengapa thrifting semakin diminati adalah harga yang sangat terjangkau. Di Indonesia, banyak thrift shop menawarkan pakaian berkualitas dengan harga mulai dari belasan hingga puluhan ribu rupiah3
4
. Barang-barang tersebut sering kali berasal dari luar negeri dan memiliki kualitas yang baik, sehingga menarik perhatian konsumen yang ingin mendapatkan produk bermerek tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.3. Tren Fashion Terkini dalam Thrifting
Tren fashion yang muncul dari thrifting sangat beragam dan sering kali terinspirasi oleh gaya vintage atau retro. Beberapa gaya yang sedang naik daun antara lain:- Grandpa Chic: Gaya ini menggabungkan elemen retro dengan sentuhan modern, seperti kardigan oversized dan celana longgar.
- Kemewahan yang Tenang: Pakaian dengan desain sederhana namun elegan, menekankan kualitas bahan daripada merek.
- Hyperfeminine: Estetika feminin dengan detail manis seperti renda dan warna pastel2.
4. Kesadaran Lingkungan dan Dampak Sosial
Kenaikan minat terhadap thrifting juga berkaitan dengan kesadaran akan dampak lingkungan dari fast fashion. Dengan membeli pakaian bekas, konsumen dapat membantu mengurangi jumlah limbah tekstil yang dihasilkan setiap tahun. Misalnya, riset menunjukkan bahwa jika setiap orang di AS menjual hanya enam potong pakaian yang tidak terpakai, itu dapat mengurangi lebih dari 255.000 ton limbah1
3
.Selain itu, banyak komunitas lokal mulai mengadakan acara tukar baju dan festival thrifting untuk mendorong praktik berkelanjutan dan memperkuat hubungan sosial di antara masyarakat3
4
.5. Tantangan dalam Tren Thrifting
Meskipun thrifting menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Misalnya, meningkatnya permintaan dapat menyebabkan barang-barang berkualitas rendah juga masuk ke pasar thrift1
. Selain itu, ada risiko bahwa pola konsumsi bisa menjadi berlebihan jika orang mulai membeli lebih banyak pakaian bekas daripada yang sebenarnya mereka butuhkan
Tags
Tren Fashion