Thrifting, atau berbelanja barang bekas, telah menjadi bagian penting dari budaya konsumsi di berbagai belahan dunia. Meskipun saat ini thrifting sangat populer di kalangan anak muda, akar sejarahnya dapat ditelusuri jauh ke belakang. Artikel ini akan mengulas perjalanan thrifting dari awal mula hingga menjadi fenomena global saat ini.
Awal Mula Thrifting
Praktik berbelanja barang bekas dimulai pada abad pertengahan, sekitar tahun 1300-an, di Inggris. Pada masa itu, pakaian bekas sering kali dijual di alun-alun pasar sebagai bagian dari sistem barter yang melayani masyarakat berpenghasilan rendah. Istilah "thrift" sendiri berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang berarti penghematan, dan mencerminkan upaya untuk meminimalkan pengeluaran dan memanfaatkan sumber daya secara efisien
1
2
.Perkembangan di Abad ke-19
Thrifting mulai berkembang pesat pada pertengahan abad ke-19 dengan berdirinya organisasi amal seperti Salvation Army dan Goodwill. Organisasi-organisasi ini membuka toko barang bekas untuk menjual sumbangan yang diterima, dengan tujuan menggalang dana untuk membantu masyarakat yang kurang mampu. Salvation Army membuka toko pertamanya pada tahun 1897, diikuti oleh Goodwill pada tahun 1902. Toko-toko ini tidak hanya menyediakan barang dengan harga terjangkau tetapi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan pakaian yang layak selama masa-masa sulit, seperti selama Depresi Besar1
4
.Pengaruh Perang Dunia dan Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi akibat Perang Dunia I dan II juga berkontribusi pada popularitas thrifting. Banyak orang tidak mampu membeli barang baru, sehingga barang bekas menjadi alternatif yang lebih terjangkau. Selama periode ini, thrifting dianggap sebagai cara untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan dasar2
3
.Era Digital dan Kebangkitan Thrifting
Dengan kemajuan teknologi dan munculnya internet pada akhir abad ke-20, thrifting memasuki fase baru. Platform online seperti eBay dan Craigslist yang diluncurkan pada tahun 1995 memungkinkan orang untuk membeli dan menjual barang bekas secara lebih luas. Fenomena ini mendorong pertumbuhan komunitas thrifting secara global, termasuk di Indonesia1
2
.Thrifting di Indonesia
Di Indonesia, thrifting mulai dikenal sejak tahun 1980-an, terutama di wilayah pesisir yang berbatasan dengan negara lain. Istilah lokal seperti "awul-awul" digunakan untuk menggambarkan praktik membeli pakaian bekas. Seiring waktu, thrifting berkembang menjadi tren fashion yang diminati oleh generasi muda, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung1
4
. Saat ini, banyak festival dan pameran thrifting diadakan untuk merayakan budaya ini.
Tags
Sejarah Thrifting